Jumat, 26 April 2013

Prestasi Anak Sekolah Dasar, Putri Alfa M & Dewi Susanti.

1. Putri Alfa M

Putri Alfa, merupakan Anak yang berbakat dibidang Gambar, Melukis dan Matematika juga terpilih sebagai "Pelajar Teladan di SDN Gunung Anyar Tambak", Melukis dengan cat Acrylic dapat dikerjakan diatas kain Kanvas dan diatas kertas dengan hasil gradasi warna yang baik.

Belajar menggambar 2 dimensi yaitu Proyeksi, juga belajar menggambar 3 dimensi yaitu Perspektif. Pelajaran menggambar ini diselesaikan dalam waktu 9 bulan sudah lengkap dengan tinggi sudut bayangan matahari dan arah sudut bayangan matahari. Bayangan matahari sampai pada pelajaran bayangan menumpu pada benda. Pelajaran balok mulai dari balok segitiga, balok segi 4, balok segi 5, balok segi 6, balok segi 8,  balok segi 12 dan lingkaran yaitu bentuk kaleng. Semua soal-soal Perspektif dikerjakan dengan mudah dan cepat, hal ini mentakjupkan karena pelajaran ini merupakan pelajaran Sekolah lanjutan Atas SLTA bahkan tingkat kesulitannya lebih tinggi dapat dikerjakan dengan mudahnya.

Ujian terakhir kelas-6 minta ujian Perspektif dan berani dengan soal tantangan segi 8 dengan tinggi sudut cahaya matahari dan arah bayangan matahari dengan sudut tertentu (lebar sudut diketahui pada waktu soal ujian diberikan waktu ujian) hanya berupa soal tulisan, tanpa adanya gambar garis GT (Garis Tanah), HZ (Garis Horisontal) dan titik M (Titik Mata) pada lembaran kertas gambar, semua garis-garis harus dikerjakan sendiri, suatu kejutan bagi Saya sebagai Guru karena Anak Sekolah Dasar berani menantang tawaran mengerjakan Soal Perspektif dengan tingkat kesulitan yang tinggi.

Nilai Ujian akhir Perspektif itu dikerjakan dengan mudah dan lancar dan benar-benar dikerjakan dengan lancar dengan hasil nilai betul semua. Disinilah suatu kejutan dan termasuk merupakan Anak Sekolah Dasar yang pertamakali di Kecamatan Gunung Anyar Tambak kota Surabaya yang dapat mengerjakan gambar Perspektif dengan nilai betul semua pada Ujian terakhir kelas-6 tahun 2013.

2. Dewi Susanti.

Dewi Susanti, Berbakat pada bidang Olahraga, menggambar dan melukis, dapat melukis dengan cat Acrylic di atas kain Kanvas dan di atas kertas dengan hasil gradasi dan warna yang baik. Olah raga Basket merupakan TIM pemain Bola Basket sekolahan.

Dewi merupakan teman akrab Putri Alfa keduanya adalah merupakan anak-anak cerdas dan berbakat yang selalu bersemangat untuk belajar tanpa merasa lelah.

Bidang gambar pelajaran Proyeksi dan Perspektif lengkap dapat diselesaikan dengan waktu 2,5 Semester. atau 15 bulan. Untuk ujian akhir kelas-6 memilih ujian Proyeksi. Soal ujian gambar denah rumah sederhana pandangan dari atas, terdiri dari atap rumah, pintu depan, cendela depan, teras rumah dan cendela samping kiri. Gambar selanjutnya pandangan dari depan, pandangan samping kiri, pembagian ruangan dan kelengkapan lainnya (kretifitas sendiri) dan lainnya berupa soal tulisan yang harus diwujudkan dalam bentuk gambar. Nilai hasil ujian terakhir Proyeksi dengan nilai betul semua dan merupakan Anak Sekolah Dasar yang ujian terakhir kelas-6 pertama kali di Kecamatan Gunung Anyar di Kota Surabaya  mengerjakan Proyeksi dengan nilai betul semua.

Putri Alfa dan Dewi Susanti merupakan Anak-anak cerdas dan mempunyai bakat-bakat khusus, dan keduanya merupakan anak yang aktif setiap ada kegiatan sekolah. Putri Alfa dan Dewi akrap berteman sejak mulai kelas-1.

Kedua anak ini merupakan Anak yang pertamakali (pemecah rekor) menerima pelajaran menggambar Proyeksi dan Perspektif  pada tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya dan dapat membuktikan kecerdasannya pada ujian terakhir kelas-6 pada 12 April tahun 2013 dengan nilai betul semua  tidak kalah dengan Sekolah Lanjutan Atas (SLA).

Selasa, 13 November 2012

Tanda-tanda anak berbakat Melukis

  1. Suka mencorat-coret di kertas kosong maupun tembok rumah (anak balita).
  2. Sering mengamati gambar atau photo dan suka mengoleksinya.
  3. Mengagumi tokoh-tokoh film terutama film anak-anak dan menggambarnya dengan baik.
  4. Di waktu luang sering seakan berkhayal mengingat bentuk gambar dan akan cepat-cepat mengambil kertas dan pensil untuk menggambar.
  5. Bila melihat lukisan atau foto dari lukisan mengamati dengan teliti dan bertanya-tanya hal mengenai lukisan itu dan yang berhubungan.
  6. Jika dilatih atau diberi tahu tata cara melukis cepat memahami misalnya mengenai paduan warna, cara menggunakan kuas, cara membuat gradasi warna. Dengan petunjuk sekali atau dua kali anak dapat mengerti dan dapat mengatasi bila tingkat kesulitannya lebih tinggi
  7. Komposisi bidang gambar, komposisi warna dan bentuk secara naluri sudah ada dan hasilnya baik hanya tinggal sedikit pengarahan.
  8. Hasil lukisan-nya sudah memberikan kesan keindahan dan bahkan bisa juga mentakjubkan bagi yang melihat.
  9. Lebih suka menggambar bentuk dari khayalan-nya sendiri dari pada mencontoh, walau sekali waktu mencontoh dari gambar atau photo.
  10. Nilai menggambar di sekolahan baik rata-rata diatas delapan.
  11. Tekun menggambar dan memperhatikan petunjuk tata cara dari Gurunya.
  12. Buku gambarnya rapi tidak terlipat-lipat atau tidak kumal ( tidak lungset )
Sekian sedikit ulasan mengenai tanda-tanda Anak yang berbakat melukis, semoga bermanfaat untuk Anda para pembaca.

By : Moch. Nachli

Kamis, 20 September 2012

Pendidikan bagi Anak Berbakat dan Kreatif

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa :
  1. "Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus", (Pasal 5; ayat 4).
  2. "Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya", (pasal 12; ayat 1b).
“Anak berbakat adalah anak yang memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya”. Hal ini merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya

1. Definisi Anak berbakat.
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.

Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.

2. Ciri-Ciri Anak berbakat.
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut :
  1. Gemar membaca pada usia lebih muda.
  2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak memiliki perbendaharaan kata yang luas mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
  3. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa” mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.
  4. Memberi jawaban-jawaban yang baik.
  5. Dapat memberikan banyak gagasan.
  6. Luwes dalam berpikir.
  7. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
  8. Mempunyai pengamatan yang tajam.
  9. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati.
  10. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
  11. Senang mencoba hal-hal baru.
  12. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
  13. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.
  14. Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat).
  15. Berperilaku terarah kepada tujuan.
  16. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
  17. Mempunyai banyak kegemaran (hobi).
  18. Mempunyai daya ingat yang kuat tidak cepat puas dengan prestasinya.
  19. Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi).
  20. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
3. Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan :
  1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
  2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
  3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
  4. Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
  5. Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
4. Tanda-tanda Umum Anak Berbakat.
Sejak usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari anak. Sebagai contoh, “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.

Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya : anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.

Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.

Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar, anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan misalnya ; tulisannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.

5. Tujuan dari pendidikan anak berbakat.
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.

6. Kebutuhan dan Pelayanan bagi Anak Berbakat.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.

Selanjutnya dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti, mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya ; jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada penelusuran bakat matematika.

Selanjutnya komponen alternatif implementasi layanan meliputi ; ciri khas layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll). Selain itu ada adaptasi program seperti, usaha pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum plus, dan berdiferensiasi).

Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.

Pemberian program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya yaitu, kesempatan yang konsisten untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru.

Akan sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen (Winebrenner & Devlin, 1996). Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya.

Di kelas-kelas seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian yaitu :
  1. Anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan.
  2. Guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
7. Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah :
  1. Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
    Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas" artinya, anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar tetapi langsung ke kelas II atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan tetapi dapat melompati kelas tertentu misalnya, anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
  2. Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah).
    Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
  3. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
    Dalam model ini biasanya jumlah anak perkelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya, sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
  4. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
    Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kemampuan dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsangan (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang dimiliki, menjadi actual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang sebenarnya mempunyai potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak berfungsi.

Tanpa pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan yang terencana dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan bisa begitu saja mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai prestasi yang luar biasa. Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang dimiliki akan terpendam (latent) atau hanya muncul begitu saja dan tidak berfungsi optimal.

8. Faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan yakni :
  1. Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu perlunya mengenal anak, mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif.
  2. Faktor kurikulum yang meliputi,
Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (child centered). Kurikulum pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan-perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program dan tidak semata-mata untuk mempercepat berfungsinya sesuatu bakat luar biasa yang dimiliki.

Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu yang tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. Hal lain yang penting adalah tersedianya faktor lingkungan yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional dan instruksional serta isi kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak berbakat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

Guru yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.

9. Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bentuk :
  1. Pemerkayaan, yaitu pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan sebagainya).
  2. Percepatan, yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced courses.
  3. Pengelompokan Khusus, dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.

10. Penyiapan Guru Untuk Anak Berbakat.
Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
  1. Kualifikasi profesi, persyaratan profesional / pendidikan antara lain meliputi : Sudah berpengalaman mengajar, menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar.
  2. Kualifikasi kepribadian, persyaratan kepribadian antara lain : bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian, mempunyai sikap toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
  3. Kualifikasi hubungan social, persyaratan hubungan sosial antara lain : dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain (S.C.U. Munandar, 1981)
11. Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut :
  1. Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
  2. Guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan
  3. Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
  4. Guru memberikan tantangan daripada tekanan
  5. Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar
  6. Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
  7. Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
  8. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
12. Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.

Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977 & Vernon, 1977) diantaranya adalah :
  1. Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
  2. Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
  3. Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
  4. Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
  5. Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.

13. Pergaulan Anak Berbakat.
Anak berbakat akan lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.

Di dalam keluarga, orangtua mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.

14. Faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya bakat seseorang.
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud.
  1. Keadaan lingkungan seseorang seperti, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal di daerah perkotaan atau di pedesaan dan sebagainya.
  2. Keadaan dari diri orang itu sendiri seperti minatnya terhadap suatu bidang keinginannya untuk berprestasi, dan keuletan-nya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
  3. Tingkat kecerdasannya (intelegensia), kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang, terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
15. Pelayanan Anak Berbakat Intelektual di Masa yang Akan Datang.
Menurut Sidi (2004), model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan, seperti :
  1. Akselerasi Bidang Studi, akselerasi untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa.
  2. Mentorship, melayani berapa pun jumlah siswa yang mampu mengikuti akselerasi, meskipun hanya satu siswa, harus tetap dilayani dengan metode mentorship atau self paced instruction.
  3. Sistem Kredit, menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.
  4. Pengayaan Materi pada Mata Pelajaran Tertentu : (full out program) untuk mata pelajaran atau pada hari tertentu saja sehingga anak bisa tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.
  5. Kelas Super Saturday, pelayanan belajar di mana pengayaan materi dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran sekolah, seperti astronomi, psikologi, kelautan dsb. Kerja sama dengan pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis keberbakatan.
  6. Pendirian Pusat Keberbakatan, untuk mewadahi dan memberikan pelayanan terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.
  7. Sertifikasi bagi Guru Pengajar Gifted, sertifikasi ini penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat dan guru harus dipacu untuk terus belajar, bahkan sampai gelar strata 3 (Doktor).
16. Tantangan Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Masa Depan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah :
  1. Dukungan finansial di Indonesia yang belum memadai sehingga sangat diperlukan sumber dana baik dari luar negeri maupun dari APBN.
  2. Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah keberbakatan di Indonesia. Contohnya, menjadikan masalah keberbakatan menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal sehingga ada direktorat yang membawahi masalah seleksi, pelatihan, kurikulum, program dan personalia.
17. Strategi Pengembangan di Masa yang Akan Datang.
Strategi pengembangan pelayanan pendidikan anak berbakat (Sidi, 2004) meliputi hal-hal berikut :
  1. Penyediaan, pengadaan dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas.
  2. Proses pembelajaran yang berkualitas.
  3. Adanya frekuensi penelitian yang cukup dan berkualitas.
  4. Sosialisasi ke mancanegara (tingkat internasional).
DAFTAR PUSTAKA :
  • Didi Tarsidi - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia/Yayasan Mitra Netra (Jaringan Mitra Netra @yahoo.com)
  • S.C.U. Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
  • Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, dkk, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya. Jakarta CV. Rajawali, 1982.
Sumber : Wahid Suharmawan http://konselorindonesia.blogspot.com/

Senin, 30 Januari 2012

Keunikan dan Karakter Anak berbakat akademik

Untuk mendapatkan pengetahuan kita sering berteori setidaknya dengan teori yang sudah ada itu kita dapat mengetahui lebih cepat. Sebenarnya kita harus kreatif dan jeli untuk mengetahui hal yang sebenarnya. Dari teori orang-orang yang sudah menyelidiki beberapa hal bisa berbeda dari kenyataan.

Karakter Anak berbakat banyak ragamnya, ada yang memang komitmen dengan tugas yang diberikan, ada yang energi yang dimiliki seperti tidak pernah susut selama menjalankan tugas yang diberikan, di balik itu ada yang malas, ada yang semaunya sendiri, ada yang manja dll.

Untuk berbakat khusus yaitu seni lukis, Anak berbakat dalam bidang ini bertingkat kemampuan dan beragam karakternya bahkan ada yang termasuk berkemampuan unik. Misalnya untuk penggunaan kuas cara yang diberikan dengan dasar penggunaan yang sederhana, untuk menghadapi bentuk-bentuk yang lebih rumit bisa menggunakan kuas dengan cara yang baik, walau belum diberi tahu cara-cara tersebut, Anak berbakat dalam kemampuan khusus ini Penulis amati ternyata dari naluri anak itu dan bahkan juga berasal dari kecerdasan pikiran bawah sadar anak itu untuk menyelesaikan pekerjaannya sebaik mungkin.

Kemampuan Anak berbakat melukis yang sangat unik ini, bahkan ada yang bisa menyelesaikan soal-soal gambar Perspektif dan Proyeksi, yaitu yang mengerjakan Anak duduk di Sekolah Dasar, soal menggambar perspektif dan Proyeksi yang diberikan ini merupakan pelajaran yang diajarkan diSekolah Lanjutan Atas.
------- Moch. Nachli.-------

Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, di
antaranya sebagai berikut :

1. Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang.
a. Kemampuan Umum
  1. Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.
  2. Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
  3. Automatisasi pemrosesan informasi.
b. Kemampuan Khusus:
  1. Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik (Mis. Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
  2. Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang studi tertentu.
2. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:
  • Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.
  • Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
  • Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaanyang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
  • Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang  tertentu.
  • Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan ; memelihara keterbukaan diri dan kritik eksternal, mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.
3. Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan :
  • Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
  • Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.c.Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan.
  • Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.
  • Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.
Rincian diatas merupakan rincian Renzuli dengan definisinya pada pandangannya yang positif terhadap Anak berbakat, akan tetapi Little, K. (2003), dalam dalam hal ini memberikan rincian yang lebih dan perlu diperhatikan yaitu dibalik hal yang positif ada juga faktor-faktor yang negatif, pada Tabel 1.

Tabel-1
KARAKTERISTIK AB DAN KONSEKUENSI PERILAKUNYA

NoKrakteristikPerilaku PositifPerilaku Negatif
01
Belajar dengan cepat dan mudahMengingat dan menguasai fakta-fakta dasar secara cepatMudah bosan, suka mengganggu anak lain
02
Membaca secara intensifMembaca banyak buku dan menggunakan perpustakaan sendiriMenolak tanggung jawab orang lain
03
Perbendaharaan kata sangat majuMengkomunikasikan ide-idenya baik sekaliMenimbulkan kemarahan
04
Tetap menjaga banyak informasiSiap mengingat dan meresponMemonopoli diskusi
05
Rentang perhatiannya sangat lamaKomitmen tinggi terhadap tugas atau proyekBertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka diganggu
06
Memiliki keingintahuan yang tinggi, punya banyak minatSuka bertanya, dan puas dengan ide-ideanyaTerus gampang marah
07
Bekerja mandiriMenciptakan dan menemukan di luar tugas yang diberikanMenolak kerja dengan orang lain
08
Cermat dan jeli dalam mengamati sesuatuMengenal masalahMengoreksi orang dewasa secara kurang sopan
09
Memiliki rasa humorMampu mentertawakan dirinya sendiriMembuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain
10
Memahami dan mengenal hubunganMampu memecahkan problem-problem sosialMelakukan intervensi orang lain
11
Prestasi akademik tingiMengerjakan tugas sekolah dengan baikSombong, tidak sabar terhadap yang lain.
12
Lancar dalam ekspresi verbalKuat di bidang verbal dan angka-angka; mengarahkan teman sebaya dengan cara-cara positifMengarahkan teman sebaya dengan cara-cara negatif
13
IndividualistikMemiliki teman sedikit; memiliki rasa keunikan sendiriBertahan terhadap apa yang diyakini
14
Memiliki dorongan diri yang kuatMenghendaki arah dan bantuan guru yang minimalAgresif dan menantang orang lain.

Berdasarkan karakteristik ABA (Anak Bakat Akademi), perilaku positif dan negatifnya, maka selanjutnya dapat dikemukakan bahwa memiliki kebutuhan sebagai berikut :

1.Keberbakatan intelektual cenderung membutuhkan, di antaranya :
  • Memperoleh informasi baru dan menantang.
  • Mengejar pemenuhan minat yang bersifat spesifik.
  • Memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan pengetahuannya.
  • Mendapatkan perlakuan dengan kecepatan yang sesuai.
  • Membutuhkan kegiatan yang menuntut kemampuan berpikir induktif dan pemecahan masalah.
  • Menerapkan pengetahuan untuk masalah-masalah yang realistik.
  • Belajar menghargai perbedaan individu.
  • Menetapkan tujuan yang realistik untuk dirinya sendiri dan orang lain.
  • Berkenaan dengan isu-isu moral dan etik.
2. Keberbakatan akademik cenderung menghendaki kesempatan untuk :
  • Memperoleh kompetensi dasar, perbendaraan kata teknis, dan pengetahuan lanjut dalam bidang akademik yang menjadi keunggulannya.
  • Berinterkasi dengan pemimpin di bidangnya.
  • Menerapkan pengetahuannya untuk pemecahan masalah-masalah mutakhir.Mengkomunikasikan pengetahuannya.
  • Mengembangkan kemampuannya dalam bidang akademik dan sosial lainnya.
  • Berkeinginan menemukan hal baru atau ilmu baru yang tidak pernah ditambah untuk ukuran orang pada umumnya.

Cuplikan dari :
Rochmat Wahab ; MENGENAL ANAK BERBAKAT AKADEMIK DAN UPAYA MENGIDENTIFIKASINYA-PDF ebook.
Tambahan : Moch. Nachli.

Ref :
  1. Little, K. (2003), Gifted Child: A Handbook for Parents of Gifted Children,
  2. Renzulli, J. (1986). "The three ring conception of giftedness: A developmental model for creative productivity." In R. J. Sternberg & J. E. Davidson (Eds.), CONCEPTIONS OFvGIFTEDNESS (pp.53-92). New York: Cambridge University Press. Little, K. (2003), Gifted Child: A Handbook

Minggu, 29 Januari 2012

Master versi Anak SDN Gunung Anyar Tambak-628

Cerita yang unik pada saat Saya memberi nilai 90 dikelas untuk nilai menggambar di dalam kelas tiga, pada tahun 2011, teman-temannya yang antri untuk mendapat nilai menggambar memberi dukungan kepada temannya Nur Fadia Yulia karena mendapat nilai sembilan yang benar-benar jarang Saya berikan untuk nilai menggambar atau juga sangat jarang Saya berikan untuk melukis dengan cat kecuali yang Saya anggap istimewah baru bisa mendapat nilai 90.

Begini ceritanya :

"Waahhhh.... ini bagus nilainya sembilan, tapi tidak Saya tulis 90 akan Saya
tulis 89", kata Saya.
"Lhoo....kenapa Pak...?", Anak-anak serentak pada bertanya kepada Saya.
"Tidak enak ah masaaak...setelah angka sembilan kok angka nol...ya yang baik itu
setelah angka delapan ya angka sembilan", Saya memberi alasan.
"Master Pak, Master, Master, Master", Anak-anak berkata berbarengan.
"Yalah kalau begitu yang mendapat angka sembilan tidak Saya tulis sembilan puluh, tapi Saya tulis angka 89 sebagai "angka Master", kata Saya dan langsung menulis angka-89
"Tulis...tulis...tulis...tulis", Anak-anak berkata memberi dukungan lagi.
"Lhooo....kan sudah Saya tulis", Saya berkata.
"Tulisan-nya, tulisan Master, sama tanda tangan Pak !", anak-anak berkata dan berguman.
"Eeeem baiklah ok juga !", Saya berkata dan langsung menulis Master, dan saya tanda tangani.

Saya berfikir, unik juga anak-anak ini, biasanya setelah Saya nilai Saya beri paraf anak-anak tidak pernah minta tanda tangan, sekarang ada temannya mendapat nilai sembilan minta ditandatangani.

Setelah beberapa bulan, dari ide anak-anak ini Saya mendapat inspirasi untuk menetapkan sebagai tradisi untuk Anak-anak disekolahan, Siapa yang mendapat nilai-89 menjadi "Master" dilingkungan anak-anak SDN Gunung Anyar Tambak-628. Ide ini saya sampaikan kepada Anak-anak dan saat Saya sampaikan Anak-anak menyambut gembira dan rupanya Anak-anak merasa sangat gembira, jika dikelas-nya ada yang pernah mendapat "Nilai Master" rupanya...merupakan kebanggaan tersendiri bagi Anak-anak.

Di bawah ini merupakan daftar nilai Anak-anak yang pernah mencapai nilai 90 dilingkungan SDN GAT-628 mendapat "nilai Master" atau nilai-89, dari tahun 2011 sampai Januari 2012, dan di-identifikasi sebagai Anak berbakat khusus.


No. Nama No.Induk Keterangan
1 Nur Fadia Yulia
*Kelas-3 ;
  1. Nilai Master, Oil Pastel diatas kertas A-4
  2. Ikut jam pelajaran tambahan melukis dengan media cat Acrylic di atas kain kanvas
2 Anneliese Naveeda
*Kelas-3 ;
  1. Nilai Master, Crayon diatas kertas A-4,
  2. Ikut jam pelajaran tambahan melukis dengan media cat Acrylic di atas kain kanvas
4 Dewi Susanti
*Kelas-5 ;
  1. Nilai Master Cat Acrylic diatas kertas A-3
  2. Nilai Master, pelajaran perspektif dan proyeksi
  3. Ikut jam pelajaran tambahan melukis dengan media cat Acrylic di atas kain kanvas
5 Putri Alfa Mei RL
*Kelas-5 ;
  1. Nilai Master, pelajaran perspektif dan proyeksi
  2. Ikut jam pelajaran tambahan melukis dengan media cat Acrylic di atas kain kanvas
6 Artha Mei Fanny Wiharja
*Kelas-6 ;
  1. Nilai Master, Cat Acrylic diatas kertas A-3
  2. Ikut jam pelajaran tambahan melukis dengan media cat Acrylic di atas kain kanvas.

Minggu, 15 Januari 2012

Melukis digital dengan GIMP 2.6.11






GIMP 2.6.11, merupakan software manipulasi photo, tapi kali ini saya mencoba untuk membuat gambar buah mangga, apel dan bentuk gentong dengan banyak garis-garis lengkung. Cara yang Saya pakai tekhnik melukis yang biasa dipakai oleh Pelukis dengan kuas lukis untuk membentuk lukisan dengan berbagai warna dan Gradasi. Membentuk lukisan dengan GIMP 2.6.11 dengan peralatan (tool) yang ada ternyata bisa untuk membentuk lukisan digital yang menawan.

Membentuk lukisan dengan GIMP 2.6.11 bisa dicapai dengan skala gradasi yang cukup untuk membentuk menyerupai lukisan yang menggunakan cat bahkan GIMP 2.6.11 ini mengagumkan, semula saya mengira target gradasi yang saya inginkan tidak dapat saya capai, tapi ternyata dapat dan bahkan Saya optimis hasilnya bisa dicapai gradasi yang lebih dalam dengan peralatan yang memang untuk grafis dan yang mengerjakan orang yang kemampuan-nya melebihi kemampuan Saya.

Disini saya coba dengan peralatan komputer sederhana dan faktor kesulitan yang ada adalah untuk membentuk garis lengkung, pada puncak lengkungan terjadi kliping (pemangkasan) sehingga berbentuk garis lurus yang sangat sulit untuk membentuk benar-benar murni garis lengkung, selain kliping ini untuk membentuk garis yang membentuk sudut terhadap sumbu X atau juga sumbu Y akan membentuk gigi gergaji.  Raster Horisontal dan vertikal akan berbentuk gigi gergaji jika dilewati kuas atau pensil mause juga akan mengarahkan ke arah lurus sumbu X juga pada sumbu Y. Untuk warna merah yang berada pada palet warna tidak dapat mencapai target yang saya inginkan.

GIMP 2.6 dapat Download gratis, untuk Windows supaya memperhatikan lengkap dengan instal-nya,  tidak dapat di instal jika tidak lengkap, semula peralatan GIMP dirancang untuk Linux, untuk dipakai windows diperlukan alat tambahan GTK.

Jumat, 04 November 2011

Sekolah Untuk Anak Berbakat

A. Perlunya sekolah untuk anak berbakat.

Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini ada sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut :
  1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
  2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
  3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
  4. Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
  5. Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
B. Tinggalkan Kelas Akselerasi, Masuk Kelas Inklusi.

Hingga kini kita hanya mengenal kelas akselerasi (percepatan) untuk anak-anak berbakat (gifted children) Indonesia, sesungguhnya kelas akselerasi sudah banyak ditinggalkan. Keuntungannya memang anak didik dapat didorong agar berprestasi lebih cepat. Sayangnya, anak berbakat muda yang tengah berkembang, namun setengah dari populasi itu justru underachiever. Ini karena tumbuh kembang mereka berbeda dari anak normal, yang menyebabkan kesulitan dalam menerima pembelajaran konvensional.

Sekalipun mereka mempunyai loncatan perkembangan kognitif dan motorik kasar, terapi mereka dapat tertinggal pada kematangan perkembangan, baik fisik, emosi, motorik halus, adaptasi, sosial, bahasa, dan bicara. Ini yang menyebabkan ketidaksiapan menerima pembelajaran. Bisa juga karena membutuhkan pendekatan khusus, mereka sulit berprestasi di kelas konvensional atau klasikal.

Mereka membutuhkan pendekatan dua arah sekaligus. Mengeliminasi kesulitan akibat perkembangannya yang unik, dan juga sekaligus keberbakatannya. Jika hanya mengatasi beberapa masalah saja, dari banyak laporan, justru hanya akan menambah masalah baru. Ini disebabkan karena dorongan internal anak-anak berbakat adalah memenuhi rasa keingintahuannya yang besar melalui eksplorasi dan pengembangan intelektualitasnya. Ini membutuhkan penyaluran dan pemenuhan kebutuhan.

Andaikan hanya mengupayakan kelas akselerasi saja, anak ini tidak akan terdeteksi sebagai anak berbakat dan juga tidak akan menerima pendidikan sebagaimana keunikan, kesulitan, dan kebutuhannya. Kesemua ini mengancam nasibnya di kemudian hari. Apa yang dibutuhkannya dalam pendidikannya adalah bimbingan guru yang memahami berbagai karakteristiknya, personalitasnya, tumbuh kembangnya, gaya berpikir, dan gaya belajarnya, yang memang berbeda dari anak-anak normal pada umumnya.

Mereka butuh pendekatan pembelajaran dua arah sekaligus,
  1. Pertama, ke arah kesulitannya di mana ia membutuhkan dukungan, stimulasi, terapi, remedial teaching dan kesabaran.
  2. Kedua, membutuhkan berbagai materi yang sesuai dengan karakteristik berpikir seorang anak berbakat yang lebih kepada materi yang penuh tantangan pengembangan kreativitas dan analisis.
Sekolah reguler yang mampu menerima anak-anak berbakat agar dapat mengikuti pendidikan saat di fase-fase sulitnya di kelas-kelas sekolah dasar bersama anak normal lainnya, sekaligus juga menerima layanan pengembangan keberbakatan, disebut sekolah inklusi.

Guru diharapkan dapat membimbingnya menapaki tahapan tumbuh kembangnya yang sulit tersebut dalam situasi aman agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dalam lingkungan yang nyaman. Sebab anak-anak berbakat yang mempunyai gejala mirip dengan autisme ataupun ADHD, tidak layak jika diterapi dan dididik sebagai autisme atau ADHD, karena sekalipun mempunyai gejala yang mirip namun mempunyai perbedaan yang tegas, serta neurobiologis dan akar permasalahan yang berbeda.

Guna memenuhi hal ini, guru perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan yang memadai dan selalu mengikuti penyegaran keilmuan guna mengikuti perkembangan strategi pengajaran yang didukung oleh hasil-hasil penelitian mutakhir (evidence based practice) yang kini sangat pesat berkembang.

Oleh
Julia Maria van Tiel

Senin, 31 Oktober 2011

Anak “Gifted” Tak Sekadar Cerdas

Seorang anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CI+BI) atau gifted berbeda dengan anak cerdas. Slamet Rahardjo, budayawan sekaligus pemerhati anak gifted menyampaikan bahwa anak gifted memiliki kemampuan abstraksi, analisis, dan kreativitas yang jauh luar biasa dibanding anak cerdas.

Dalam dialog kebudayaannya di acara Malam Peduli Anak Duafa Berbakat, Senin (16/8/2010) malam, di Jakarta, Slamet mencontohkan perbedaan anak gifted dengan anak cerdas. “Secara karakteristik merek (gifted) sangat waspada. Positifnya, cepat mengetahui ada masalah. Negatifnya, senang mengoreksi. Mereka juga memiliki selera humor yang tinggi. Positifnya, mampu menertawakan diri sendiri. Negatifnya, membuat lelucon dengan mengorbankan orang lain,” kata Slamet.

Selain itu, seorang anak cerdas, lanjut Slamet akan menjawab pertanyaan dengan benar. Sementara anak gifted akan mempersoalkan suatu pertanyaan. “Anak cerdas berminat dengan sesuatu, namun anak gifted penasaran akan sesuatu,” katanya. Kemudian, anak cerdas memiliki gagasan yang bagus dan populer sementara anak gifted memiliki gagasan yang konyol, aneh, dan di luar keumuman. “Maka anak gifted seringkali menjadi inisiator,” ujar Amril Muhammad, pengajar Cugenang Gifted School, sekolah yang dirancang untuk mengkomodasi kebutuhan anak gifted.

Seorang anak gifted bukanlah anak yang rajin belajar, berbeda dengan anak cerdas. Namun hasil ujian mereka selalu bagus. “Ketika ujian, anak cerdas menjawab soal sesuai yang ditanyakan tapi gifted memperluas konteks jawaban,” kata Slamet.

Perbedaan lainnya, anak cerdas menyukai linearitas sementara anak gifted menyukai kompleksitas. Anak cerdas adalah pemerhati yang baik sedangkan anak gifted adalah pengamat yang kritis. Untuk menguasai materi, anak cerdas membutuhkan 6-8 kali pengulangan sementara gifted hanya butuh 1-2 kali pengulangan. Anak cerdas dapat memahami gagasan orang lain dengan baik sementara gifted membentuk gagasannya sendiri.

Saat anak cerdas menyelesaikan tugas yang diberikan, gifted lebih senang memulai proyeknya sendiri. “Mereka bagus menciptakan sesuatu yang baru,” kata Amril. Kemudian seorang anak gifted, kata Amril, lebih senang bergaul dengan orang dewasa dibanding anak sebaya. Adapun kemampuan anak gifted menurut Amril mencapai 4 kali anak biasa. Mereka memiliki kecerdasan intelektual very superior atau skor IQ di atas 130.

Tingkat kreativitas dan komitmen kerja anak gifted pun luar biasa. Dengan perkembangan motorik yang melebihi anak biasa, gifted memiliki daya serap yang tinggi juga daya lontar yang tinggi. “Maka mereka cenderung terlihat nakal dan penasaran tinggi, tidak bisa diam,” imbuh Amril. Oleh karena itulah, metode pendidikan bagi anak gifted tidak dapat disamakan dengan anak biasa atau anak cerdas. “Kita memberikan informasi-informasi saja yang dapat mereka akses sendiri,” tutur Amril.

Cerdas dan Cerdas Istimewa, Inilah Perbedaannya…CERDAS ≈ CERDAS ISTIMEWA.
  1. Menjawab pertanyaan dengan benar ≈ Mempersoalkan pertanyaan
  2. Berminat dengan sesuatu ≈ Penasaran dengan sesuatu
  3. Menunjukkan perhatian ≈ Terlibat emosional, mental, dan fisik
  4. Gagasan bagus, populer ≈ Gagasan aneh, konyol, tidak umum
  5. Bekerja keras agar sukses ujian ≈ Jarang belajar, hasil ujian bagus
  6. Menjawab soal sesuai pertanyaan ≈ Memperluas konteks pertanyaan
  7. Suka linearitas ≈ Gemar kompleksitas
  8. Pemerhati yang baik ≈ Pengamat yang kritis, bawel
  9. Mendengarkan penuh minat ≈ Menyimak untuk siap berdebat
  10. 6-8 kali pengulangan materi ≈ Cukup 1-2 kali pengulangan
  11. Memahami gagasan orang lain ≈ Membentuk gagasan sendiri
  12. Senang berteman dengan sebaya ≈ Bergaul dengan orang dewasa
  13. Menarik kesimpulan ≈ Mempertanyakan keputusan
  14. Menyelesaikan tugas yang diberikan ≈ Memulai proyek sendiri 
Diambil dari : Berita Pendidikan
Rabu, 18 Agustus 2010 12:36 | Author: Administrator | Berita Pendidikan

Minggu, 30 Oktober 2011

Anak Berbakat

Membahas masalah sistem pendidikan di Indonesia, kita tahu bahwa anak usia sekolah ditempatkan secara berjenjang sesuai dengan usianya. Mulai anak usia TK, SD, SLTP dan SMU. Kurikulum yang digunakan bersifat centralized (terpusat), artinya kurikulum yang dipakai untuk seluruh wilayah Indonesia secara umum sama.

Dengan keterbatasan ini, maka ada beberapa hal yang belum tertangani dengan baik, misalnya penanganan anak berbakat. Anak berbakat perlu dipikirkan bagaimana menanggulanginya, sehingga segala kemampuan yang ada pada dirinya dapat tersalurkan melalui suatu lembaga pendidikan khusus.

Pendidikan anak berbakat, sebagaimana halnya pendidikan pada umumnya, hanya dilihat secara sistematik meliputi program, fasilitas, guru, masukan dan tujuan (Raka Joni, 1982). Tujuan pendidikan Indonesia tersirat dalam cita-cita bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dinyatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh pengajaran, dan pemerintah mengusahakan dan melaksanakan satu sistem pengajaran (pendidikan) nasional.

Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.

Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat (Raka Joni,1982).

I. Apa Yang Dimaksud Dengan Anak Berbakat ?

A. Pengertian anak berbakat

Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu”, ikatan terdiri dari :
  1. Kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata.
  2. Komitmen yang tinggi terhadap tugas.
  3. Kreativitas yang tinggi. 
Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).

Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.

Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah anak-anak gifted mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Kiranya hal itu tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah satu syarat penting untuk meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.

Kepribadian memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat diberikan oleh anak atau orang-orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik maka akan dilahirkan pula karya-karya yang baik pula, sehingga masahat yang diberikan menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar pula kepada hidup dan kehidupan manusia.

B. Karakteristik anak berbakat.

Sebagai mahluk sosial, anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran, sikap dan aktivitas anggota masyarakat yang lain. Dalam pergaulan inilah emosi mereka merasa sedih atau bahagia.

Ditinjau dari budaya, anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan di mana mereka memperoleh pengalaman budaya. Selain itu faktor agama akan memberikan dasar dan norma pribadi anak berbakat.

Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat beberapa segi diantaranya sebagai berikut: 
  1. Potensi.
  2. Cara menghadapi masalah.
  3. Kemampuan ( prestasi ) yang dapat dicapai.
1) Potensi

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, seperti studi yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) terhadap tingkat kecerdasan. U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang (Kitano,1986).

Dilihat dari sudut ilmu pendidikan untuk menjelaskan hal tersebut di atas, kita dapat mengikuti penjelasan dari Jane Healy. Penjelasan itu menyatakan bahwa semua wanita harus menyadari pentingnya nutrisi yang baik demi anak yang dikandungnya. Selain itu janin harus terhindar dari keracunan atau pengaruh sinar x yang datang dari luar (Healy, 1978). Dari sudut proses belajar maka faktor kesadaran seperti yang disarankan oleh Healy adalah satu prestasi belajar yang sebelumnya melibatkan proses kompleks. Faktor intelegensi, motivasi, emosi dan sosialisasi sangat menentukan pencapaian hasil atau prestasi belajar dalam bentuk kesadaran.

Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperactive (Swassing, 1985).

Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Bila guru menemukan anak seperti itu maka guru dapat menduga bahwa itu anak-anak yang berbakat. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart, 1980), mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing, 1985). Bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart, 1980)

Selain potensi intelegensi anak-anak berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi. Menurut French (1959) dan Gearheart (1980) anak-anak yang berbakat memiliki stabilitas emosi yang mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan masalah-masalah personal (Heward, 1980). Rasa tanggung jawab mereka sangat tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula. Karakteristik sosial yang dimiliki anak-anak berbakat ialah cakap mengevaluasi keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki dirinya dan orang lain. Sifat ini akan membuat anak berbakat, tampil bijaksana.

2) Cara menghadapi masalah

Cara menghadapi masalah disini adalah keterilibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif.

Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart, 1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berfikir dengan baik maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah laku. Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang dewasa).

Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah diantaranya :
  1. Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang kongkrit.
  2. Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980)
  3. Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak
  4. Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens untuk berkreasi (Meyen, 1978)
3) Prestasi

Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959), prestasi-prestasi itu diantaranya yaitu :
  1. Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979).
  2. Secara psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).
  3. Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan komprehensif.
  4. Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak normal, anak-anak berbakat sudah mampu membaca dan kemampuan ini berkembang terus secara konsisten (Swassing, 1985, French, 1959). Mereka mampu menggunakan perbendaharaan kata yang sudah maju (Ingram, 1983).
Selain memiliki keunggulan-keunggulan diatas anak-anak berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya (menurut Swassing):
  1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit.
  2. Dapat mendominasi diskusi.
  3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya.
  4. Suka ribut.
  5. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik.
  6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu.
  7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
  8. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari.
  9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang.
  10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
  11. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas.
  12. Mungkin akan kehilangan interns dengan cepat.
II. Bagaimana Menangani Anak Berbakat ?

Kemampuan dasar atau bakat luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsang (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang ada, yang dimiliki menjadi aktual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat luar biasa yang sebetulnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi tidak berfungsi. Peran lingkungan sebagai pemicu rangsang sangat besar dalam ikut menentukan sampai di mana tahapan, terealitas dan hasil akhir dari suatu perkembangan dicapai.

Pendidikan khusus yang direncanakan diberikan kepada anak-anak khusus (anak berbakat luar biasa), jelas mempunyai tujuan mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki seorang anak agar bisa mencapai prestasi yang luar biasa, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendidik, masyarakat dan pemerintah.
Dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak untuk mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan, ialah :

A. Faktor yang ada pada anak itu sendiri yaitu mengenal anak.

Mengenali dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif. Dalam usaha memberikan pendidikan khusus kepada anak berbakat perlu terlebih dahulu membedakan beberapa pengertian, yakni:
  1. Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) dan karena itu mempengaruhi aspek-aspek lain.
  2. Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek, bisa mengenai aspek kognitif atau aspek yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan khusus. Sedangkan aspek-aspek lain secara umum tergolong biasa saja.
B. Faktor kurikulum yang meliputi :
  1. Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (Child centered) dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif.
  2. Perlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain, Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap terpadu dengan kurikulum dasar.
  3. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program (enrichment program) dan tidak semata-mata untuk mempercepat (accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki.
  4. Isi kurikulum harms mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif.
  5. Kreativitas yang diarahkan agar tertanam sikap hidup yang mau mengabdi, melayani dan mengamalkan pengetahuannya untuk kemajuan mesyarakat bangsa dan negara.
III. Pelaksanaan pendidikan anak berbakat.

A. Percepatan (akselerasi) Ada 2 cara melaksanakan percepatan ini yakni :

Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping).
Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih ‘tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya’ masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. 

Kecuali norma yang dipakai adalah norma dari kelas tinggi, yang belum tentu sesuai seluruhnya bagi anak karena norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri. Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa. Cara seperti ini oleh Samuel A. Klik dan James Gallagher disebut sebagai “telescoping grades”, Sebenarnya cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan dan diselesaikan ditentukan oleh keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri.

Kesulitannya ialah pengaturan administrasi sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajaran karena hams memberikan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan oleh para ahli akan timbul kesulitan dalam penyesuaian diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.

B. Pendidikan dalam kelompok khusus (special grouping segregation)

Ada beberapa kemungkinan untuk melaksanakan ini, yakni:

1) Model A

Kelas biasa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnya matematika) ditambah, kerugian pada anak ialah :
  1. Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang diperlukan untuk memperkembangkan aspek kepribadiannya, misalnya pergaulan, olah raga dan kesenian.
  2. Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu teman-temannya bertambah.
  3. Di kelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2) Model B

Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya. Keuntungan lain ialah jumlah jam belajar. yang cukup lama di kelas khusus (meskipun mungkin kelas mini) masih memperoleh kesempatan bersaing dengan teman-teman yang mempunyai potensi berbeda.

Kerugian pada anak sendiri ialah seperti pada model A yakni ketika berada di kelas bisa tumbuh perasaan bosan dan mungkin mengganggu semua mata pelajaran adalah mudah akibat mudah tumbuhnya perasaan sombong dan terlalu percaya diri.

3) Model C

Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Keuntungan pada model ini ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaikan suatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. 

Kerugian akan terjadi pada anak-anak normal yang sebaya, sehinga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru mudah menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan (superiority Complex) Karena dalam kenyataannya ia berada dalam kelas yang eksklusif.

4) Model D

Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena kurangnya kemungkinan untuk mendefinisasikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melalui pergaulan yang luas dan bervariasi, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.

IV. Beberapa kegiatan dalam implementasi kurikulum bidang studi tertentu.

Beberapa kegiatan khusus akan diuraikan secara kongkrit sebagai sampel (contoh-contoh) program dalam menjalankan kurikulum anak berbakat di SD.

A. Membaca

Mata pelajaran yang paling mudah dipenuhi dan paling banyak manfaatnya adalah memberikan bacaan-bacaan yang sangat berguna dan memberikan pendalaman tentang masalah yang diminatinya. Seandainya sekolah tidak mempunyai perpustakaan, maka materi dapat diambil dari perpustakaan lembaga lain. Selain itu pemberian bacaan itu dapat dibarengi dengan tugas memberikan komentar dan catatan tentang buku tersebut. Juga “display” tentang materi bacaan yang dikumpulkan dari surat kabar, majalah atau sumber lain. (clipping) tentang topik-topik yang lagi “hangat” dibicarakan di sekolah atau masyarakat banyak membantu. Meskipun anak berbakat gemar membaca, tidak semua masalah dijangkau oleh minatnya. Pengarahan terhadap topik-topik yang relevan perlu diperhatikan gurunya. 

Demikian pula majalah yang tidak merusak pembentukan kepribadiannya merupakan masalah cukup penting. Pengarahan terhadap catatan, komentar, sugesti yang bagaimana harus diberikan anak berbakat terhadap bacaan berasal dari guru, umpamanya diarahkan. Sesudah selesai membaca, beritahu karakter mana yang paling kau sukai atau kagumi dan mengapa ?. Tokoh mana yang paling tidak di sukai dan mengapa ?. Apakah dalam buku itu ada deskripsi Jelas tentang pribadinya secara nyata atau hanya disimpulkan dari kejadian-kejadian yang diceritakan. Moral apa yang terkandung dalam buku tersebut. Pengayaan melalui pelajaran membaca dapat juga dilaksanakan dalam kelompok kecil untuk memperoleh “interaksi yang hidup” dengan teman sebaya.

B. Menulis Kreatif (mengarang)

Kehidupan imaginasi anak berbakat biasanya sangat aktif dan mengarang merupakan sesuatu yang biasanya gemar dilakukannya. Namun ada anak berbakat yang cenderung minatnya ke ilmu pengetahuan alam (I PA) kadang memperoleh kesukaran dalam menyatakan dirinya, meskipun ide-ide dirinya banyak. Mengarang adalah suatu sarana yang dalam memperoleh keterampilan menyatakan dirinya.

Kebimbangan memilih judul yang sesuai dapat dipancing dan diarahkan melalui.
  1. Gambar seseorang atau sesuatu yang diperhatikan.
  2. “Passage” dalam bacaan seperti , “Penerbang roket mengambil tempat duduknya dalam kapsul, menunggu tanda keberangkatannya”.
    C. Ilmu Pengetahuan Sosial

    Pelajaran Sejarah, Pendidikan Kewarga-negaraan (PPKn), dan Ilmu Bumi dapat dikaitkan dengan membaca dan mempelajari berbagai tajuk sejarah maupun ilmu bumi melalui berbagai bacaan. Integrasi dari kedua bacaan ini memungkinkan pendalaman suatu penguasaan yang kongkrit dalam kaitan dengan kedua pelajaran tersebut. Juga menyuruh anak berbakat menemui beberapa tokoh tua di tempat tinggalnya untuk menanyakan peranan dalam perang kemerdekaan kita, dan memungkinkan kaitannya dengan PPKn. suatu pameran tentang mata uang logam kuno dari negeri sendiri atau negara lain, tata cara pakaian, alat perang dan benda lain dari masa lalu serta pembangunan kini dapat menghidupkan sejarah, ilmu bumi dan PPKn secara integral.

    Kejadian aktual seperti perjuangan bangsa Asia dan Afrika, perubahan dalam sistem transportasi, penemuan baru seperti “concorde” dan sebagainya, dengan sendirinya merupakan hal-hal yang akan sangat menumbuhkan motivasi belajar anak berbakat. Mata pelajaran lain seperti politik, ekonomi, antropologi sosiologi dan psikologi dapat diberikan secara ilmiah populer. Umpamanya masalah “Intel-group relation” adalah suatu topik yang dapat diperdalam dalam menggunting surat kabar atau majalah mengenai contoh konflik ada atau kerjasama dari kelompok tertentu. 

    Demikian juga kejadian aktual seperti pemilu merupakan permasalahan politik yang dapat dijelaskan dalam kaitan dengan pemerintah. Suatu aktivitas longitudinal dalam hubungan dengan ekonomi adalah investasi dalam bidang bisnis yang berhubungan dengan usaha sekolah. Demikian juga suatu masalah antropologi perlu dijelaskan melalui ensiklopedi, misalnya karakteristik mana dalam masyarakat kita yang bersifat universal ?

    D. IPA dan Pendidikan Kesehatan

    Keterampilan proses (proses skills) dalam IPA pada akhir abad ini telah digalakan sebagai metodologi IPA yang membantu anak didik mengaitkan IPA dengan dasar kehidupan. Dalam memecahkan masalah IPA bukan lagi menghapal hukum dan aksioma saja, tetapi pengembangan aktivitas dan eksperimen yang membantu anak didik memperoleh keterampilan mengamati, mengelola, meramalkan suatu gejala serta menilai proses tersebut. Dalam hubungan dengan ini berbagai lomba ilmiah dapat diselenggarakan, atau mengadakan seminar para ahli di bidang IPA dan Kesehatan.

    E. Matematika

    Untuk mencari jalan terpendek atau termudah dalam menyelesaikan suatu soal matematika patut dilakukan anak berbakat. Pemahaman terhadap hubungan angka dengan membandingkan berbagai metode perkalian, pengurangan atau penambahan merupakan sesuatu yang menarik anak berbakat. Persoalan matematika yang dikaitkan dengan cerita akan sangat melatih keterampilannya. Demikian pula teka-teki angka akan banyak memberi kesempatan melatih keluwesan kemampuan berhitung.

    F. Kesenian dan Bahasa

    Kreativitas anak berbakat dalam berbagai jenis kesenian dapat kesempatan berkembang dan mudah dikaitkan dengan perkembangan bahasa (umpama drama, deklamasi), Tetapi ada juga kegiatan kesenian yang secara khusus memperkaya perkembangan kesenian tertentu, seperti musik (band sekolah), melukis, membatik dan lain-lain. Kreativitas merupakan satu ciri khas dari anak berbakat. Kreativitas dapat diarahkan melalui berbagai kegiatan positif dan menantang.

    G. Metode belajar dan guru

    Metode belajar yang paling cocok untuk anak berbakat adalah belajar melalui kelompok kecil atau individual. Bila anak berbakat harus belajar dalam kelas besar, maka prinsip pendekatan full-out enrichment dan akselerasi harus menjadi dasar untuk pengembangan pada perbedaan potensinya. Beberapa persyaratan yang diperlukan guru ialah guru harus seseorang yang memiliki intelegensi tinggi dan mempunyai minat luas dalam berbagai bidang. Minat guru yang ada harus dapat disampaikan dengan baik yang dimiliki orang lain. Keinginan guru belajar mendalami ilmu bersama murid terus menerus merupakan syarat lain yang harus dipenuhi guru anak berbakat.

    V. Bagaimana Pendidikan anak Berbakat dalam Konteks Pendidikan Indonesia ?

    Pembinaan bakat dan prestasi berkualitas tinggi penting bagi kelangsungan hidup serta kejayaan bangsa. Hal ini berarti bahwa pendidikan anak berbakat harus berangkat dari landasan konseptual filisofis yang sama untuk digunakan dalam pendidikan biasa. Sebagaimana halnya dengan anak-anak yang mengalami hambatan (handicap) anak berbakat perlu mendapat layanan yang berbeda dari yang diberikan kepada anak-anak. pada umumnya untuk memungkinkan mereka mewujudkan potensinya secara maksimal. Di Indonesia sampai saat ini layanan khusus untuk anak-anak berbakat yang dimaksud praktis belum ada, meskipun pemikiran ke arah itu telah pernah dirintis, salah satunya pemberian beasiswa (T. Raka Joni,1982).

    Tinjauan sekilas di sejumlah negara lain memberikan gambaran yang tidak terlalu jauh berbeda, perhatian jauh lebih banyak ditujukan kepada anak-anak yang mengalami hambatan, bukan kepada anak-anak berbakat istimewa. Dan apabila kita ingin mulai merintis layanan khusus yang dimaksud, maka seharusnya kerangka acuan dengan wawasan ke pendidikan yang lebih luas, perlu dimantapkan terlebih dahulu, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti berikut ini.
    1. Apakah yang dimaksud dengan bakat (istimewa) itu Apa bidang-bidangnya, dan bagaimana diungkapkannya ?
    2. Untuk apa, baik dilihat dari segi individu maupun dari segi pemerintah dan masyarakat, bakat-bakat istimewa tersebut terbina ?
    3.  Bagaimana pembuatan bakat yang dimaksud dilaksanakan? Perlukah dilakukan penetapan urutan prioritas ? Apa isi program pembinaannya dan apa pula persyaratan sarana, prasarana serta personelnya ? Bagaimana program tersebut diorganisasikan serta diadministrasikan sehingga dapat tercapai tujuan dengan efektif tetapi efisien ?
    4.  Bagaimana kita bisa tahu bahwa prediksi prestasi berkualitas tinggi yang dibuat itu efektif ? Bagaimana kita tahu bahwa program pembinaan bakat istimewa itu berhasil ? Apa indikator keberhasilannya ?
    Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mudah-mudahan pemikiran untuk mewujudkan lembaga pendidikan anak berbakat bisa terwujud. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang ada di masyarakat dan pemerintah Indonesia. Demikianlah uraian yang menggambarkan anak berbakat, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

    Daftar Pustaka
    * N.L. Gagne dan DC. Berliner. 1979. Educational
    * Psycology. Chichago, Illionis; Randa Me. Nally
    * T.E. Newland, 1976. The Gifted in Socio – Educational Perspective.
    * Englewood Cliffs, N.J. Prentice Hall.
    * T. Raka Joni, 1973. “Creativity : A. Review of Selected Literature. “Dalam kumpulan karangan ilmiah, sen 2, Malang: I KIP Malang.
    * S.C. Utami Munandar. 1972. Bunga rampai anak-anak berbakat pembinaan dan pendidikannya, Jakarta. P.T. Raja Grafindo Persada.
    * Moch. Soleh. Y.A. Ichrom. 1988. Persfektif pendidikan anak Gifted.
    * Jakarta: Depdikbud.
    Oleh Achyar (2006-01-31)
    Wiyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi IPA, Mahasiswa Pascasarjana (S2) UPI.
    * Sumber : www.depdiknas.go.id
    : Metode komunikasi, Pendidikan dini, Terapi wicara
    : anak berbakat, Pendidikan dini, prestasi